RINTANGAN DAN DILEMA DAKWAH
Mengenal tabiat jalan dakwah mutlak diperlukan
oleh para du’at. Sebab hal itu merupakan salah satu faktor pendukung kesiapan
mental saat berhadapan dengan berbagai rintangan dan ujian. Mengenal tabiat
jalan dakwah juga akan membantu seseorang untuk menentukan perbekalan apa yang
perlu dipersiapkan untuk menempuhnya.
Jalan dakwah memang merupakan jalan yang penuh
ujian, rintangan dan tantangan. Betapa tidak. Sebagai manusia saja, tanpa
dikaitkan dengan urusan keimanan tidak pula dengan urusan dakwah, seseorang
pasti berhadapan dengan ujian dan tantangan, apalagi sebagai manusia mukmin.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya karena mereka
mengatakan kami beriman, padahal mereka belum diuji?” (QS. 29:1-2). Apalagi
bila orang mukmin itu berdakwah. Maka ujiannya pun akan lebih berat lagi. Sebab
selain ujian atas keimanannya Allah juga akan mengujinya dalam hal konsistensi
di jalan dakwah.
Secara garis besar ujian dakwah dapat dibagi
dua: ujian berupa kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan serta ujian dalam
bentuk penderitaan, kenestapaan, dan kesulitan. Allah swt. telah mengingatkan
hal ini dalam ayat-Nya, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS. 21:35)
Contoh konkrit kedua bentuk ujian ini tertera
dalam firman-Nya, “Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih
berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang
(Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah)
dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberi-Nya kamu rezki
dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (QS. 8:26)
Pada ayat ini Allah swt. menggambarkan bahwa
kaum Muslimin semula diuji dengan intimidasi yang dilakukan oleh orang-orang
kafir. Lalu, Allah menolong dan memberikan kemenangan kepada mereka. Allah juga
memberi mereka rezeki. Kemenangan dan rezeki itu adalah ujian untuk menakar
kemampuan syukur kaum Muslimin.
Banyak bentuk rintangan dan ujian yang di
hadapi seorang da’iyah, diantaranya adalah:
Rongrongan keluarga
Anak, isteri, suami, ayah atau ibu bisa menjadi
aspirasi atau penambah semangat berdakwah. Tetapi di saat yang sama mereka juga
dapat menjadi batu sandungan bagi seorang da’i. Mereka berpotensi memalingkan
garis dakwah, mengurangi intensitas interaksi seseorang dengan dakwah atau
bahkan menghentikan sama sekali gerak dakwah seorang da’i.
Bisikan, tuntutan, atau ambisi-ambisi keluarga
boleh jadi menyebabkan seseorang berat kaki untuk melangkah kaki untuk
melaksanakan program-program dakwah. Begitu juga keadaan keluarga baik dalam
sisi ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dapat juga menjadi faktor penghambat
keterlibatan seseorang dalam aktifitas dakwah.
Pada saat perang Tabuk, ada sahabat yang nyaris
tidak turut serta dalam jihad karena ingin menikmati kehangatan bersama
isterinya. Akan tetapi ia kemudian tersadar akan kesulitan dan penderitaan yang
dialami oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya dalam perjuangan. Untuk Allah
swt. mengingatkan kita:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di
antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu);
dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64:14-15)
Kedengkian sesama muslim
“Batu sandungan” juga bisa datang dari sesama Muslim
atau bahkan da’i. Bentuknya, semisal sikap iri dan dengki atas keberhasilan
yang dicapai oleh seorang da’i. Kata ‘batu sandungan’ sengaja saya beri tanda
kutip karena hal itu tidak selalu berakibat buruk bagi orang yang didengki.
Sebaliknya bagi si pendengki belum tentu menjadi hal yang produktif dan
mengantarkan kepada apa yang menjadi keinginannya.
Hadangan, kekejian, dan makar orang-orang Kafir
Sejak awal sejarah dakwah yang digulirkan oleh
nabi-nabi sebelum Rasulullah saw., orang-orang kafir selalu berdiri sebagai
penghadang dakwah. Untuk menghentikan laju dakwah, mereka melakukan berbagai upaya
dari mulai rayuan hingga pembunuhan. Dalam Quran Allah swt. banyak mengingatkan
kita, para da’i tentang makar orang-orang kafir ini. Salah satu hikmahnya
adalah agar kita senantiasa memiliki kesiapan mental saat menghadapinya. Dan
Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun,
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:
"Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk
menyampaikannya". (QS. 34:34)
Di ayat yang lain dinyatakan, Mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami bernasib malang
karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami
akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih dari
kam.i" (QS. 36:18)
Khusus untuk Rasulullah saw., Allah swt.
menggambarkan ujian dalam bentuk makar orang-orang kafir dalam firman-Nya, “Dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. 8:30)
Allah juga swt. menegaskan bahwa orang-orang
kafir tidak akan pernah berhenti memusuhi dakwah. Firman-Nya:
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu
sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.” (QS. 2:217)
Biasa juga orang kafir membuat jebakan yang
dikamuflase dengan kepentingan atau keuntungan dakwah. Ini pernah dialami oleh
Rasulullah saw. sendiri. Orang-orang kafir Quraisy menawarkan kepada Rasulullah
saw. agar beliau bersedia mengusap-usap patung-patung mereka. Mereka berjanji
jika beliau berkenan melakukannya mereka akan masuk Islam dan mengikuti
Rasulullah saw. Hampir saja beliau terpengaruh dan mengikuti tawaran mereka,
jika saja Allah swt. tidak segera mengingarkan beliau dengan firman-Nya:
“Dan sesungguhnya mereka hampir mamalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. kalau terjadi demikian, benar-benarlah, Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.” (QS. 17:73-75)
“Dan sesungguhnya mereka hampir mamalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. kalau terjadi demikian, benar-benarlah, Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.” (QS. 17:73-75)
Kekejaman Penguasa Zalim.
Penguasa zalim juga memiliki andil dalam
merintangi dakwah. Baik dia penguasa kafir maupun penguasa yang mengaku Muslim.
Dalam sejarah tercatat para ulama yang menjadi korban kekejaman penguasa zalim.
Sekedar menyebut contoh, Sa’id Bin Zubair sang ulama tabi’in, Imam Ahmad, Imam
Ibnu Taimiyyah. Dan tidak perlu jauh-jauh, di negeri kita sendiri hal itu dapat
kita saksikan dan rasakan. Di tahun 80-an tidak sedikit para da’i yang
dijebloskan ke bui dan diintimidasi saat mengingatkan khalayak terhadap bahaya
kristenisasi atau saat menentang cara-cara paksa program Keluarga Berencana.
Bahkan hingga hari ini, masih terjadi penangkapan terhadap da’i yang oleh
sebagian kalangan dinamakan aksi pemberantasan terorisme.
Tentu saja masih banyak jenis dan bentuk rintangan dan ujian di jalan dakwah. Karenanya, ingin berdakwah tapi tidak mau berhadapan dengan kesulitan? Mimpi ‘kali ye? Allahu a’lam.
Tentu saja masih banyak jenis dan bentuk rintangan dan ujian di jalan dakwah. Karenanya, ingin berdakwah tapi tidak mau berhadapan dengan kesulitan? Mimpi ‘kali ye? Allahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar