Segala
Keinginan Menjadi Kenyataan
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيم
“Dan bagi
kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Fushshilat 31-32)
Allah menghamparkan
dunia di hadapan manusia, lengkap dengan berbagai kesenangan yang menghiasi dan
problem yang mengisi. Banyak hal yang sesuai dengan selera nafsu manusia, namun
tak sedikit pula hal yang tak mengundang hasrat dan bahkan nafsu menyangganya
terasa berat. Di antara yang diminati nafsu, ada yang dilarang bagi manusia
untuk menjamahnya. Dan ada pula bermacam perbuatan yang terasa berat dipandang
nafsu, namun Allah perintahkan manusia melakukannya. Lalu hasil yang akan di
panen manusia kelak, tergantung bagaimana ia mengendalikan nafsunya. Karena
jalan menuju jannah tampak berat bagi syahwat, sementara jalan menuju neraka
tampak indah dalam pandangan nafsu. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ
بِالشَّهَوَات
”Jannah diselimuti dengan berbagai hal yang tidak
disukai, sedangkan neraka diselimuti dengan berbagai (hal yang disukai)
syahwat.” (HR. Muslim)
Menahan Sedikit Kenikmatan
Walhamdulillah,
Allah tidak mengharamkan segala hal yang sesuai dengan selera. Bahkan apa yang
dihalalkan lebih banyak daripada yang diharamkan. Tak terhitung jenis makanan,
hanya sedikit saja yang diharamkan. Tak terbilang pula jenis minuman, dan hanya
sedikit yang dilarang. Begitupun halnya dengan buah-buahan dan berbagai
kelezatan. Hingga dikenal sebuah kaidah bahwa asal segala sesuatu adalah boleh,
kecuali setelah adanya keterangan yang melarang. Artinya, hal yang
diperbolehkan sebenarnya lebih banyak dari larangan. Bahwa ada kesan syariat
membatasi banyak hal; ini haram, itu tidak boleh, itu dilarang, atau ada kesan
apa-apa serba tidak boleh, ini hanyalah efek dari kebiasaan nafsu yang ingin
melampaui batas dan meminta lebih dari yang diijinkan. Sehingga ketika
keinginanya bertepatan dengan apa yang dilarang syariat, seakan segala hal
menjadi menjadi terlarang baginya. Padahal hakikatnya, yang halal lebih banyak dari
yang diharamkan.
Maka
barangiapa yang melampaui batas dari yang dihalalkan, dia telah berbuat aniaya.
Dan barangsiapa mencukupkan diri dengan yang halal dan menahan diri dari yang
haram, baginya kenikmatan jannah dijanjikan.
”Dan
adapun orang-orang yangtakut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya jannahlah tempat tinggal(nya).” (QS.
An-Naazi’aat 40-:41)
Tatkala
mereka berada di jannah, tak ada lagi keinginan yang tertahan, tiada lagi
hasrat yang tak tersalurkan. Segala hal yang diinginkan menjadi wujud di
hadapan, tak ada larangan, tak ada batasan dan tak ada istilah bosan. Sebagai
ganti dari usahanya di dunia yang rela menahan hawa nafsunya, maka di akhirat
segala permintaan akan dikabulkan. Allah berfirman,
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيم
“Dan bagi
kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.
Fushshilat [41]: 31-32)
Segala yang ada sesuai dengan keinginan dan selera.
Baik dari sisi rupa, aroma maupun kelezatan rasanya. Ini sebagaimana firman-Nya
pula,
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ
الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُون
“Dan di
dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS.
Az-Zukhruf [43]: 71)
Sedangkan makna ”dan bagi kamu (pula) di dalamnya apa
yang kamu minta”, maka apapun yang diminta, akan dikabulkan.
Tercapai Segala Hasrat yang Diinginkan
Tak perlu
mengemukakan banyak alasan untuk memiliki, cukup satu alasan, yakni
‘keinginan’, maka dalam sekejap saja keinginan akan menjadi kenyataan. Nabi
menceritakan tentang penghuni jannah yang ingin memiliki anak,
الْمُؤْمِنُ إِذَا اشْتَهَى الْوَلَدَ فِى الْجَنَّةِ
كَانَ حَمْلُهُ وَوَضْعُهُ وَسِنُّهُ فِى سَاعَةٍ كَمَا يَشْتَهِى Segala
Keinginan Menjadi Kenyataan
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيم
“Dan bagi
kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Fushshilat 31-32)
Allah menghamparkan
dunia di hadapan manusia, lengkap dengan berbagai kesenangan yang menghiasi dan
problem yang mengisi. Banyak hal yang sesuai dengan selera nafsu manusia, namun
tak sedikit pula hal yang tak mengundang hasrat dan bahkan nafsu menyangganya
terasa berat. Di antara yang diminati nafsu, ada yang dilarang bagi manusia
untuk menjamahnya. Dan ada pula bermacam perbuatan yang terasa berat dipandang
nafsu, namun Allah perintahkan manusia melakukannya. Lalu hasil yang akan di
panen manusia kelak, tergantung bagaimana ia mengendalikan nafsunya. Karena
jalan menuju jannah tampak berat bagi syahwat, sementara jalan menuju neraka
tampak indah dalam pandangan nafsu. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ
بِالشَّهَوَات
”Jannah diselimuti dengan berbagai hal yang tidak
disukai, sedangkan neraka diselimuti dengan berbagai (hal yang disukai)
syahwat.” (HR. Muslim)
Menahan Sedikit Kenikmatan
Walhamdulillah,
Allah tidak mengharamkan segala hal yang sesuai dengan selera. Bahkan apa yang
dihalalkan lebih banyak daripada yang diharamkan. Tak terhitung jenis makanan,
hanya sedikit saja yang diharamkan. Tak terbilang pula jenis minuman, dan hanya
sedikit yang dilarang. Begitupun halnya dengan buah-buahan dan berbagai
kelezatan. Hingga dikenal sebuah kaidah bahwa asal segala sesuatu adalah boleh,
kecuali setelah adanya keterangan yang melarang. Artinya, hal yang
diperbolehkan sebenarnya lebih banyak dari larangan. Bahwa ada kesan syariat
membatasi banyak hal; ini haram, itu tidak boleh, itu dilarang, atau ada kesan
apa-apa serba tidak boleh, ini hanyalah efek dari kebiasaan nafsu yang ingin
melampaui batas dan meminta lebih dari yang diijinkan. Sehingga ketika
keinginanya bertepatan dengan apa yang dilarang syariat, seakan segala hal
menjadi menjadi terlarang baginya. Padahal hakikatnya, yang halal lebih banyak dari
yang diharamkan.
Maka
barangiapa yang melampaui batas dari yang dihalalkan, dia telah berbuat aniaya.
Dan barangsiapa mencukupkan diri dengan yang halal dan menahan diri dari yang
haram, baginya kenikmatan jannah dijanjikan.
”Dan
adapun orang-orang yangtakut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya jannahlah tempat tinggal(nya).” (QS.
An-Naazi’aat 40-:41)
Tatkala
mereka berada di jannah, tak ada lagi keinginan yang tertahan, tiada lagi
hasrat yang tak tersalurkan. Segala hal yang diinginkan menjadi wujud di
hadapan, tak ada larangan, tak ada batasan dan tak ada istilah bosan. Sebagai
ganti dari usahanya di dunia yang rela menahan hawa nafsunya, maka di akhirat
segala permintaan akan dikabulkan. Allah berfirman,
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيم
“Dan bagi
kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.
Fushshilat [41]: 31-32)
Segala yang ada sesuai dengan keinginan dan selera.
Baik dari sisi rupa, aroma maupun kelezatan rasanya. Ini sebagaimana firman-Nya
pula,
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ
الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُون
“Dan di
dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS.
Az-Zukhruf [43]: 71)
Sedangkan makna ”dan bagi kamu (pula) di dalamnya apa
yang kamu minta”, maka apapun yang diminta, akan dikabulkan.
Tercapai Segala Hasrat yang Diinginkan
Tak perlu
mengemukakan banyak alasan untuk memiliki, cukup satu alasan, yakni
‘keinginan’, maka dalam sekejap saja keinginan akan menjadi kenyataan. Nabi
menceritakan tentang penghuni jannah yang ingin memiliki anak,
الْمُؤْمِنُ إِذَا اشْتَهَى الْوَلَدَ فِى الْجَنَّةِ
كَانَ حَمْلُهُ وَوَضْعُهُ وَسِنُّهُ فِى سَاعَةٍ كَمَا يَشْتَهِى
“Seorang mukmin apabila menginginkan anak di jannah,
maka hamil, melahirkan dan (besarnya) anak wujud dalam sesaat sebagaimana yang
ia inginkan.” (HR Tirmidzi, al-Albani mengatakan, “Shahih” )
Mereka
tak perlu merasakan susah payahnya mengandung janin, tak mengalami beratnya
kontraksi menjelang kelahiran, tidak pula ada masa penantian seperti di dunia
yang kerap mendatangkan kegalauan. Semua wujud dalam sesaat seperti yang
diinginkan.
Di antara
penghuni jannah, ada pula yang ingin dituruti hobinya bercocok tanam, maka
Allah tak menghalangi sedikitpun dari apa yang dia inginkan. Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda,
“Ada seorang lelaki dari penghuni jannah, minta izin
kepada Rabbnya untuk bercocok tanam. Allah berfirman, “Bukankah kamu telah
mendapatkan apa yang kamu inginkan?” Ia menjawab, “Benar, hanya saja saya suka
bercocok tanam,” maka dia bersegera menyemai benih dan dalam sekejap biji itu
tumbuh, berbuah dan siap panen hingga seperti gunung (karena lebat buahnya).
Lalu Allah berfirman,
دُونَكَ يَا ابْنَ آدَمَ فَإِنَّهُ لَا يُشْبِعُكَ
شَيْءٌ
“Ambillah wahai anak Adam, sesungguhnya segalanya
tidak membuatmu kekenyangan.” (HR Bukhari)
Itulah
balasan bagi orang yang menyapih nafsunya di dunia, hingga di akhirat
keinginannya terpenuhi secara sempurna, Allahumma inna nas’alukal
jannah, wa na’udzu bika minannaar.Aamiin. (Abu Umar Abdillah)
Segala
Keinginan Menjadi Kenyataan
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيم
“Dan bagi
kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Fushshilat 31-32)
Allah menghamparkan
dunia di hadapan manusia, lengkap dengan berbagai kesenangan yang menghiasi dan
problem yang mengisi. Banyak hal yang sesuai dengan selera nafsu manusia, namun
tak sedikit pula hal yang tak mengundang hasrat dan bahkan nafsu menyangganya
terasa berat. Di antara yang diminati nafsu, ada yang dilarang bagi manusia
untuk menjamahnya. Dan ada pula bermacam perbuatan yang terasa berat dipandang
nafsu, namun Allah perintahkan manusia melakukannya. Lalu hasil yang akan di
panen manusia kelak, tergantung bagaimana ia mengendalikan nafsunya. Karena
jalan menuju jannah tampak berat bagi syahwat, sementara jalan menuju neraka
tampak indah dalam pandangan nafsu. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ
بِالشَّهَوَات
”Jannah diselimuti dengan berbagai hal yang tidak
disukai, sedangkan neraka diselimuti dengan berbagai (hal yang disukai)
syahwat.” (HR. Muslim)
Menahan Sedikit Kenikmatan
Walhamdulillah,
Allah tidak mengharamkan segala hal yang sesuai dengan selera. Bahkan apa yang
dihalalkan lebih banyak daripada yang diharamkan. Tak terhitung jenis makanan,
hanya sedikit saja yang diharamkan. Tak terbilang pula jenis minuman, dan hanya
sedikit yang dilarang. Begitupun halnya dengan buah-buahan dan berbagai
kelezatan. Hingga dikenal sebuah kaidah bahwa asal segala sesuatu adalah boleh,
kecuali setelah adanya keterangan yang melarang. Artinya, hal yang
diperbolehkan sebenarnya lebih banyak dari larangan. Bahwa ada kesan syariat
membatasi banyak hal; ini haram, itu tidak boleh, itu dilarang, atau ada kesan
apa-apa serba tidak boleh, ini hanyalah efek dari kebiasaan nafsu yang ingin
melampaui batas dan meminta lebih dari yang diijinkan. Sehingga ketika
keinginanya bertepatan dengan apa yang dilarang syariat, seakan segala hal
menjadi menjadi terlarang baginya. Padahal hakikatnya, yang halal lebih banyak dari
yang diharamkan.
Maka
barangiapa yang melampaui batas dari yang dihalalkan, dia telah berbuat aniaya.
Dan barangsiapa mencukupkan diri dengan yang halal dan menahan diri dari yang
haram, baginya kenikmatan jannah dijanjikan.
”Dan
adapun orang-orang yangtakut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya jannahlah tempat tinggal(nya).” (QS.
An-Naazi’aat 40-:41)
Tatkala
mereka berada di jannah, tak ada lagi keinginan yang tertahan, tiada lagi
hasrat yang tak tersalurkan. Segala hal yang diinginkan menjadi wujud di
hadapan, tak ada larangan, tak ada batasan dan tak ada istilah bosan. Sebagai
ganti dari usahanya di dunia yang rela menahan hawa nafsunya, maka di akhirat
segala permintaan akan dikabulkan. Allah berfirman,
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيم
“Dan bagi
kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.
Fushshilat [41]: 31-32)
Segala yang ada sesuai dengan keinginan dan selera.
Baik dari sisi rupa, aroma maupun kelezatan rasanya. Ini sebagaimana firman-Nya
pula,
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ
الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُون
“Dan di
dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS.
Az-Zukhruf [43]: 71)
Sedangkan makna ”dan bagi kamu (pula) di dalamnya apa
yang kamu minta”, maka apapun yang diminta, akan dikabulkan.
Tercapai Segala Hasrat yang Diinginkan
Tak perlu
mengemukakan banyak alasan untuk memiliki, cukup satu alasan, yakni
‘keinginan’, maka dalam sekejap saja keinginan akan menjadi kenyataan. Nabi
menceritakan tentang penghuni jannah yang ingin memiliki anak,
الْمُؤْمِنُ إِذَا اشْتَهَى الْوَلَدَ فِى الْجَنَّةِ
كَانَ حَمْلُهُ وَوَضْعُهُ وَسِنُّهُ فِى سَاعَةٍ كَمَا يَشْتَهِى
“Seorang mukmin apabila menginginkan anak di jannah,
maka hamil, melahirkan dan (besarnya) anak wujud dalam sesaat sebagaimana yang
ia inginkan.” (HR Tirmidzi, al-Albani mengatakan, “Shahih” )
Mereka
tak perlu merasakan susah payahnya mengandung janin, tak mengalami beratnya
kontraksi menjelang kelahiran, tidak pula ada masa penantian seperti di dunia
yang kerap mendatangkan kegalauan. Semua wujud dalam sesaat seperti yang
diinginkan.
Di antara
penghuni jannah, ada pula yang ingin dituruti hobinya bercocok tanam, maka
Allah tak menghalangi sedikitpun dari apa yang dia inginkan. Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda,
“Ada seorang lelaki dari penghuni jannah, minta izin
kepada Rabbnya untuk bercocok tanam. Allah berfirman, “Bukankah kamu telah
mendapatkan apa yang kamu inginkan?” Ia menjawab, “Benar, hanya saja saya suka
bercocok tanam,” maka dia bersegera menyemai benih dan dalam sekejap biji itu
tumbuh, berbuah dan siap panen hingga seperti gunung (karena lebat buahnya).
Lalu Allah berfirman,
دُونَكَ يَا ابْنَ آدَمَ فَإِنَّهُ لَا يُشْبِعُكَ
شَيْءٌ
“Ambillah wahai anak Adam, sesungguhnya segalanya
tidak membuatmu kekenyangan.” (HR Bukhari)
Itulah
balasan bagi orang yang menyapih nafsunya di dunia, hingga di akhirat
keinginannya terpenuhi secara sempurna, Allahumma inna nas’alukal
jannah, wa na’udzu bika minannaar.Aamiin. (Abu Umar Abdillah)
“Seorang mukmin apabila menginginkan anak di jannah,
maka hamil, melahirkan dan (besarnya) anak wujud dalam sesaat sebagaimana yang
ia inginkan.” (HR Tirmidzi, al-Albani mengatakan, “Shahih” )
Mereka
tak perlu merasakan susah payahnya mengandung janin, tak mengalami beratnya
kontraksi menjelang kelahiran, tidak pula ada masa penantian seperti di dunia
yang kerap mendatangkan kegalauan. Semua wujud dalam sesaat seperti yang
diinginkan.
Di antara
penghuni jannah, ada pula yang ingin dituruti hobinya bercocok tanam, maka
Allah tak menghalangi sedikitpun dari apa yang dia inginkan. Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda,
“Ada seorang lelaki dari penghuni jannah, minta izin
kepada Rabbnya untuk bercocok tanam. Allah berfirman, “Bukankah kamu telah
mendapatkan apa yang kamu inginkan?” Ia menjawab, “Benar, hanya saja saya suka
bercocok tanam,” maka dia bersegera menyemai benih dan dalam sekejap biji itu
tumbuh, berbuah dan siap panen hingga seperti gunung (karena lebat buahnya).
Lalu Allah berfirman,
دُونَكَ يَا ابْنَ آدَمَ فَإِنَّهُ لَا يُشْبِعُكَ
شَيْءٌ
“Ambillah wahai anak Adam, sesungguhnya segalanya
tidak membuatmu kekenyangan.” (HR Bukhari)
Itulah
balasan bagi orang yang menyapih nafsunya di dunia, hingga di akhirat
keinginannya terpenuhi secara sempurna, Allahumma inna nas’alukal
jannah, wa na’udzu bika minannaar.Aamiin. (Abu Umar Abdillah)
0 komentar:
Posting Komentar